Kisah Seorang Preman Yang Kini Menjadi Pengusaha Sukses

Pria yang telah menginjak usia kepala lima itu, dulunya adalah
seorang yang berkutat di dunia hitam. Bertahun-tahun ia hidup sebagai
pencuri, parampok. Ia bahkan dikenal sebagai salah seorang preman di
wilayahnya.
Seiring waktu berjalan, ia pun sadar dan bangkit dari dunia
kejahatan itu. Dari sanalah ia mulai menata hidupnya. Tahun 2003 dia ke
Bandung karena di sana ia pernah melihat ada usaha budidaya jamur yang
sepertinya bisa dikembangkan di desanya.
Ia pun belajar pada seseorang bagaimana teknik membuat jamur dari
awal sampai akhir. Merasa bisa melakukan sendiri, ia pun mencobanya di
rumah. Melewati proses trial and eror, ia akhirnya berhasil membuat
jamur tiram dan kuping.
Saat ini berhasil melepas ke pasar, permintaan pun mulai
melonjak. Saat itu ia kemudian bergabung menjadi anggota Pusat Pelatihan
Kewirausahaan (PPK) Sampoerna.
Ia sengaja ingin bergabung supaya mendapatkan pelatihan tambahan
baik secara teknis pembuatan jamur agar lebih baik sekaligus teknik
marketing.
Usaha makin berkembang pesat. Bahkan, tidak hanya menjual jamur
saja tapi juga bibitnya. Saat ini bibit jamur hasil produksinya menjadi
langganan dari pembeli di Bali sampai Kalimantan.
Saat ini, omset usahanya mencapai Rp 350 sampai Rp 400 juta per
bulan, dengan labanya sekitar 25-30 persen. Dan dia pun menarik 40 teman
temannya ketika di dunia hitam menjadi karwayan. “Setelah bekerja di
sini mereka kembali lurus dan tak pernah melakukan kejahatan lagi,”
tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar